STRIGIFORMES – BURUNG HANTU


……matahari terbenam, hari mulai malam, terdengar burung hantu suaranya merdu…kukuk…kukuk…kukuk, kukuk, kukuk….

Burung hantu, Siapa yang tak kenal makhluk yang satu ini, burung bermata bulat besar menghadap ke depan, dengan wajah yang agak membulat atau berbentuk hati. Mungkin mendengar burung hantu maka akan familiar dengan nama “Hedwig” si burung hantu putih yang bertengger pada tangan atau bahu menemani si pemiliknya yaitu Harry Potter. Dalam kisah Harry Potter, Burung ini kerap dipakai oleh para penyihir sebagai pembawa pesan, pengantar surat, parket, parsel, majalah atau surat kabar, bahkan sebagai partner bagi si penyihir.

image

Secara biologi, si burung hantu putih “Hedwig” merupakan salah satu jenis burung hantu dari genus Bubo, yang disebut juga Snowy Owl, dan dalam klasifikasi ilmiah memiliki nama jenis Bubo scandiacus, dan sayangnya jenis ini tidak bisa kita temukan di Indonesia.

Bagi kebanyakan orang di Indonesia mungkin burung hantu berkesan menyeramkan karena kerap dihubung-hubungkan dengan keberadaan makhluk gaib atau penghubung dengan “dunia lain” dengan suaranya yang angker, namun ada pula yang menganggap burung ini sebagai burung yang unik bahkan lucu sehingga suara si burung dianggap merdu sebagaimana pada lagu yang mungkin kita kenal sejak kecil pada awal artikel ini. Di beberapa negara burung hantu dianggap sebagai simbol dari ilmu pengetahuan, kebijaksanaan, pembawa pesan dari dunia lain atau bahkan sebagai simbol kekuatan gaib.

Namun ternyata kisah si penyihir harry potter mungkin menginspirasi banyak orang untuk memiliki dan memelihara burung hantu. Terlepas dari sudut pandang orang mengenai burung hantu apakah dianggap menyeramkan atau tidak, burung hantu memiliki peran yang cukup penting di alam, yakni sebagai pengendali keseimbangan ekosistem. Bagaimana bisa??? Pepatah mengatakan “Tak kenal maka tak sayang…” sebelum kita mengetahui peran burung hantu, ada baiknya kita mengetahui atau mengenal tentang burung hantu.

Mengenal Burung Hantu

Burung hantu dalam kalsifikasi biologi digolongkan ke dalam Ordo Strigiformes, yang memiliki dua famili yaitu Tytonidae dan strigidae.

Burung hantu dari famili Tytonidae memiliki ciri muka berbentuk hati membulat dengan piringan muka yang lebar, bermata gelap, memiliki kaki yang cukup panjang, bulu sayap lembut sehingga tak terdengar ketika terbang, serta mengeluarkan suara berupa pekikan parau. Di pulau Jawa terdapat 2 jenis burung hantu dari famili ini yaitu, Serak (Tyto alba) dan Serak Bukit (Phodilus badius). Burung Serak dewasa memiliki ukuran tubuh yang cukup besar yaitu 35-40cm, dan Serak Bukit memiliki ukuran tubuh yang sedang 25-30cm.

Spesies Tyto alba memiliki persebaran yang sangat luas dibanding burung hantu lainnya, dan hampir ditemukan di semua benua kecuali antartika. Tyto alba juga merupakan burung hantu yang dapat berkohabitasi dengan manusia, dan sering ditemukan bersarang di atap-atap gedung tua, atau lubang pada gedung.

image

image

Burung hantu dari famili Strigidae memiliki ciri bermuka bulat atau membentuk hati dengan piringan muka yang lebih kecil, beberapa memiliki berkas telinga yang tegak, umumnya memiliki kaki yang lebih pendek. Pada semua jenis memiliki pola bulu, cokelat, abu-abu, putih dan hitam. Di pulau Jawa terdapat kurang lebih 10 jenis burung hantu, diantaranya Beluk Jampuk (Bubo sumatranus), Beluk Ketupa (Bubo ketupu atau Ketupa ketupu), Beluk-watu Jawa (Glaucidium castanopterum), Pungguk Coklat (Ninox scutulata), Kukuk Seloputu (Strix seloputo), Kukuk Beluk (Strix leptogrammica), Celepuk merah (Otus rufescens), Celepuk Jawa (Otus angelinae), Celepuk Raja (Otus brooki), Celepuk Reban (Otus lempiji). Burung hantu dari famili strigidae biasanya dapat ditemukan di pohon-pohon dekat pemukiman warga, hutan sekunder, tepian sungai, atau pinggiran hutan hingga pada hutan primer tergantung jenisnya.

Ukuran tubuh masing-masing burung beraneka ragam dari yang terkecil hingga yang terbesar. Beluk-watu Jawa, Celepuk Merah, Celepuk Jawa, Celepuk Reban, dan Celepuk Raja ukuran tubuhnya berkisar antara 18-25cm. Pungguk Coklat memiliki ukuran tubuh yang sedang sekitar 28-32cm, sedangkan Beluk Jampuk, Beluk Ketupa, Kukuk Seloputu, dan Kukuk Beluk memiliki ukuran tubuh yang besar yaitu berkisar antara 45-50cm.

image

image

image

image image image
image image image
  image  

Bagian yang mencolok pada burung hantu adalah mata yang besar dan menghadap ke depan. Mata yang menghadap kedepan memberikan penglihatan dengan jarak pandang yang luas karena pandangan “binokuler” nya (melihat objek dengan kedua mata pada waktu yang sama). Artinya burung hantu dapat melihat secara 3 dimensi (panjang, lebar dan tinggi) dan dapat memperkirakan jarak seperti halnya pada manusia.

Mata yang besar menunjukkan efisiensi, terutama pada saat keadaan minim cahaya. Mata burung hantu berkembang sangat baik, dan memiliki bentuk mata yang tidak seperti bola mata pada umumnya, tetapi agak memanjang seperti tabung. Terdapat pada tulang yang strukturnya menonjol yang disebut lingkaran sklerotik (Sclerotic rings), sehingga mengapa burung hantu tak dapat memutar atau menggerakkan kedua matanya melainkan hanya dapat melihat ke depan. Dan karena itu burung hantu memiliki kemampuan untuk memutar kepalanya bahkan hingga 270o (270 derajat – red) ke kiri atau ke kanan dari posisi wajah yang menghadap ke depan. Kemampuan ini dimiliki karena ada beberapa adaptasi yang terjadi pada Sistem rangka burung hantu, diantaranya: 1) memiliki 14 tulang belakang pada rangka leher lebih banyak dari pada manusia; 2) burung hantu hanya memiliki satu persendian oksipital dengan tulang tengkuk, sedangkan manusia memiliki 2 persendian. Hal ini menjadikan burung hantu dapat bersumbu pada tulang belakang seperti tubuh manusia yang dapat bersumbu pada satu kaki. 3) burung hantu memiliki suatu susunan khusus pada pembuluh jugular (bagian leher), yang menyebabkan suplai darah tidak terganggu ketika lehernya berputar.

Kebiasaan dan Aktivitas Burung Hantu

Burung hantu lebih banyak terlihat diam bertengger di tempat-tempat yang tinggi seperti pada pohon, tiang atau ada pula yang bertengger di atas gedung tergantung pada jenisnya. Biasanya terbang pada area terbuka seperti pinggir hutan, padang rumput, lapangan terbuka dan lain-lain. Burung hantu melakukan aktivitas pada malam hari (nocturnal), ketika siang hari mereka akan bersembunyi di bawah lindungan dedaunan pohon, pada lubang yang terdapat di pohon, serta ada pula jenis yang memanfaatkan ruang gedung yang tidak terpakai seperti di bawah atap gedung atau lubang-lubang kosong untuk beristirahat. Warna kombinasi bulu burung hantu antara kecoklatan, abu-abu berbercak hitam atau putih, ditambah perilaku burung yang kerap diam seperti patung membantu dalam penyamaran pada habitatnya ketika sedang beristirahat di siang hari sehingga tidak mudah untuk ditemukan.

Peran Burung Hantu di Alam

Burung hantu merupakan salah satu burung pemangsa, burung hantu akan terbang mencari mangsanya pada saat matahari mulai terbenam hingga menjelang matahari terbit. Mangsa dari burung hantu diantaranya adalah serangga, burung kecil, binatang pengerat, kadal, ikan, dan juga amphibi, bergantung dari jenis burung hantunya. Di dalam sebuah Ekosistem, burung Pemangsa berada pada puncak piramida makanan, yang artinya keberadaan burung hantu dapat menjadi pengendali populasi bagi hewan yang menjadi mengsanya. Bisa dibayangkan ketika keberadaan burung hantu menghilang bisa jadi hewan yang dimangsanya mengalami kelebihan populasi (over population).

Oleh karena peran dari burung hantu tersebut di beberapa daerah di Indonesia seperti di jawa tengah, burung hantu dimanfaatkan sebagai pengendali hama terutama tikus, seperti dilakukan oleh beberapa perusahaan kelapa sawit, sehingga dengan sengaja dikembangbiakan di lahan perkebunan mereka.

Ancaman Bagi Burung Hantu

Keberadaan beberapa spesies burung hantu kini agaknya terancam oleh hilangnya habitat alami bagi mereka, karena telah kita ketahui bersama bahwa hutan-hutan di Indonesia kini banyak yang mengalami deforestasi, sehingga mungkin bukan hanya burung hantu saja yang mengalami kehilangan habitat melainkan juga satwa lainnya.

Selain hilangnya habitat asli bagi burung hantu, saat ini disadari atau tidak banyak satwa yang telah diperjual belikan tidak terkecuali burung hantu. Sehingga hal ini menjadi kekhawatiran akan berkurangnya bahkan hilangnya (punah) satwa liar di pulau jawa dan umumnya di Indonesia.

Satwa liar yang kehilangan sifat “liar” nya karena adanya domestikasi (penjinakan atau dijadikan binatang peliharaan) akibat adanya perdagangan satwa, bisa jadi semakin lama akan mengakibatkan ketergantungan atau semakin tergantung terhadap si pemelihara atau si penjinak, sehingga kemampuan untuk bertahan secara alamiah di alam akan berkurang, dan hal ini menjadikan salah satu faktor punahnya satwa liar di alam.

Burung hantu dan satwa lainnya akan lebih indah ketika mereka berada di alam atau habitat asli mereka, maka dari itu kesadaran untuk tidak memelihara burung hantu dan satwa liar lainnya atau memperjual-belikannya akan menjadi suatu tindakan yang sangat konkreet untuk menjaga kelestarian burung hantu dan satwa lainnya.

4 thoughts on “STRIGIFORMES – BURUNG HANTU”

Leave a comment